Banggai Cerdas — Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah akrab dengan istilah baru yang kian populer: deep learning atau pembelajaran mendalam. Munculnya istilah ini seiring dengan penerapan Kurikulum Merdeka, yang mengedepankan diferensiasi pembelajaran serta pendekatan yang lebih berpusat pada siswa.
Untuk membedah lebih dalam apa itu deep learning dan bagaimana dampaknya terhadap pendidikan, Pusat Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Keagamaan (Pusbangkom) Kementerian Agama menggelar kegiatan REBORN #3 (Refleksi, Edukasi, dan Berbagi Obrolan Inspiratif) bertajuk “Deep Learning: Belajar Cerdas, Ngajar Makin Gampang”.
Bukan Kurikulum Baru, Tapi Cara Pandang Baru dalam Mengajar
Dalam acara yang berlangsung di Ciputat, Rabu (5/3/2025), hadir dua narasumber utama: Yun Yun Yunadi, Ketua Asosiasi Pengawas Pendidikan Agama dan Keagamaan Seluruh Indonesia, dan Wawan Kurniawan, Ketua Pokjawas Kota Jakarta Timur.
Menurut Wawan, deep learning bukanlah sebuah kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan tiga elemen utama:
- Mindful: Menghadirkan kesadaran penuh siswa dalam proses belajar.
- Meaningful: Menjamin materi yang dipelajari relevan dan bermakna dalam kehidupan siswa.
- Durable: Menciptakan pengetahuan yang tahan lama dan bisa diterapkan dalam berbagai konteks.
“Pembelajaran yang mindful, meaningful, dan durable akan membuat siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata,” jelas Wawan.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara semua elemen pendidikan—guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, hingga masyarakat—untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pendekatan ini.
Tantangan Implementasi dan Upaya Mengatasinya
Meski menjanjikan transformasi positif, penerapan deep learning tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah belum meratanya pemahaman tentang konsep ini di kalangan pendidik. Banyak guru masih terbiasa dengan metode tradisional yang berfokus pada hafalan dan ceramah.
Yun Yun Yunadi menegaskan bahwa deep learning bertujuan untuk mempersiapkan generasi Indonesia menghadapi tantangan abad ke-21, dengan keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
“Ini bukan sekadar soal mengetahui jawaban, tapi tentang kemampuan bertanya, menganalisis, dan menemukan solusi,” tegasnya.
Selain itu, masih terdapat keterbatasan sumber daya dan infrastruktur, terutama di sekolah-sekolah yang berada di wilayah terpencil. Oleh karena itu, peran kepala sekolah dan pengawas pendidikan sangat penting dalam mendampingi guru melalui pelatihan berkelanjutan dan pendampingan praktis.
“Guru adalah ujung tombak dalam keberhasilan implementasi kurikulum. Mereka tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri,” tambah Yun Yun.
Harapan ke Depan: Pembelajaran yang Lebih Bermakna dan Menyenangkan
Meski dihadang banyak tantangan, baik Wawan maupun Yun Yun tetap optimis. Mereka percaya bahwa dengan dukungan menyeluruh, pelatihan intensif, dan komitmen semua pihak, pendekatan deep learning akan menjadi penggerak perubahan menuju pendidikan yang lebih bermakna, menyenangkan, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Penerapan deep learning diyakini tidak hanya akan memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga membentuk karakter dan kompetensi mereka secara lebih utuh, menjadikan sekolah sebagai tempat bertumbuh, bukan sekadar tempat mengejar nilai.