Banggai Cerdas Berbudaya- Kabupaten Banggai saat ini berada di persimpangan jalan dalam pembangunan sumber daya manusia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa meskipun kita berhasil menyukseskan wajib belajar sembilan tahun, upaya pendidikan terganjal oleh “jebakan SMP” dan fenomena ekonomi yang memaksa anak laki-laki meninggalkan bangku sekolah lebih awal.
Wajah Dua Sisi Pendidikan Banggai
Data Angka Partisipasi Sekolah (APS) 2023 menunjukkan bahwa hampir semua anak usia SD dan SMP di Banggai sudah bersekolah. Ini adalah keberhasilan fundamental.
Namun, di usia 16-18 tahun (SMA/SMK), APS anjlok hingga hanya mencapai 67%. Artinya, lebih dari sepertiga remaja di Banggai berhenti sekolah, sebuah fakta yang menjelaskan mengapa Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk dewasa hanya menyentuh 8,05 tahun (setara SMP). Pendidikan menengah atas adalah “lubang bocor” utama yang membatasi kualitas SDM daerah.
Fenomena yang tak kalah mencolok adalah disparitas gender yang unik: anak perempuan di Banggai menunjukkan partisipasi yang lebih tinggi daripada laki-laki di jenjang SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi. Ini mengindikasikan bahwa faktor tekanan ekonomi seringkali menarik anak laki-laki usia remaja ke dunia kerja, sementara anak perempuan didorong untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya sebagai investasi masa depan.
Peran Kunci “ADE Kembali Sekolah”
Menyadari tantangan kritis tersebut, Pemerintah Kabupaten Banggai, melalui Dinas Pendidikan, meluncurkan inovasi strategis bernama Program ADE Kembali Sekolah.
ADE sendiri merupakan akronim dari Anak Putus Sekolah (A) dan Dewasa Tidak Sekolah (D) Kembali Sekolah (E). Program ini dirancang sebagai jembatan untuk mengembalikan individu yang terlanjur keluar dari sistem pendidikan kembali meraih ijazah.
Inilah peran sentral Program ADE Kembali Sekolah dalam mengatasi masalah pendidikan Banggai:
1. Menutup Lubang Kebocoran di Jenjang SMA/SMK
APS yang rendah di usia 16-18 tahun (SMA/SMK) adalah “lubang bocor” yang membuat RLS terpuruk. Program ADE berperan sebagai katup pengaman dengan menawarkan jalur pendidikan kesetaraan (Paket C) yang fleksibel.
Dengan adanya program ini, siswa yang keluar sekolah karena faktor ekonomi atau jarak tempuh, kini memiliki jalur non-formal yang didanai oleh APBD dan/atau APBDes untuk mendapatkan ijazah setara SMA/SMK.
2. Menjawab Tantangan Ekonomi Melalui Jalur Non-Formal
Bagi anak laki-laki yang terpaksa bekerja, kembali ke sekolah formal seringkali tidak mungkin. Program ADE yang berbasis komunitas (dilaksanakan di SKB dan PKBM) memberikan solusi yang adaptif. Peserta didik, termasuk mereka yang sudah dewasa, dapat mengejar pendidikan sambil tetap bekerja, sehingga faktor ekonomi tidak lagi menjadi penghalang mutlak.
Dalam kurun waktu singkat sejak diluncurkan pada tahun 2023, program ini dilaporkan telah berhasil menurunkan angka Anak Tidak Sekolah (ATS), membuktikan efektivitas intervensi yang ditargetkan pada akar masalah putus sekolah.
3. Mendorong Peningkatan RLS Jangka Panjang
Setiap individu yang berhasil mendapatkan ijazah Paket C (setara SMA) melalui program ADE secara langsung berkontribusi pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Banggai. Dengan menaikkan RLS dari 8 tahun menuju angka 12 tahun, Banggai sedang berinvestasi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan menciptakan angkatan kerja yang lebih terampil dan berdaya saing.
Kesimpulan
Program ADE Kembali Sekolah adalah respons strategis yang tepat sasaran terhadap tantangan pendidikan Banggai. Program ini berfungsi sebagai intervensi kuratif untuk:
● Membawa pulang anak putus sekolah di usia kritis 16-18 tahun.
● Mengatasi faktor ekonomi yang mendasari tingginya angka putus sekolah pada anak laki-laki.
● Mendorong pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.
Keberlanjutan program ini, didukung dengan data APS dan RLS yang akurat, akan menjadi kunci utama bagi Kabupaten Banggai untuk memutus rantai putus sekolah dan mewujudkan SDM yang berkualitas.
Luwuk, 10/20/2025